Sprinter

Anak lelaki enam belas tahun itu berdiri termangu. Seragam Yume yang tadi pagi menjadi padanan busananya telah berganti menjadi kostum penyihir berwarna kuning-oranye berhias ornamen pita merah garis-garis perak. Lensa kontak merah terpasang di kedua bola mata yang aslinya berwarna biru.Topi kerucut dengan bintang yang menggantung terjuntai di puncaknya terpaksa harus dilepas demi peraturan 'pertempuran' yang baru sedikit-sedikit ia pahami. Topi itu tergantung di punggungnya, tertahan oleh tali yang diikatkannya dengan longgar di bagian leher. Sekarang, kepala bersurai putih itu dihiasi ikat kepala yang menggantikan topi kerucutnya sebagai penghias. Ikat kepala pertempuran, jika ia menelaah kembali peraturan acara halloween sekolah tahun ini.

Undian merujuknya untuk mulai di lantai satu.

Ia sebenarnya tak begitu menyukai hal-hal yang berbau pertarungan atau pertempuran, seperti yang menjadi tema di pesta haloween tahun ini. Pikirnya membayangkan pesta halloween yang sama seperti tahun kemarin, berlalu dengan riuh rendah dan menyenangkan. Tapi ia sudah kepalang basah. Sudah terlanjur berdiri di sini, dengan nomor undian, kostum, dan ikat kepala. Di sekelilingnya banyak yang sedang dengan susah payah berusaha merebut ikat kepala satu dan yang lainnya. Saling mendorong, menarik, merebut, melakukan apapun yang mereka bisa untuk menjadi pemenang.

Figurnya menunduk, dan memandang pada tangannya yang berkulit pucat. Ragu sempat terbersit di dada, dan untuk sesaat sang pemuda merasa tak mampu. Mungkinkah tangan lemas dan tak bertenaga seperti miliknya ini cukup kuat untuk merebut ikat kepala milik lawan dan membawa kemenangan untuk pihak side asramanya?

Ia hanya bisa berusaha.

Mirai Side
Note:

Spoiler:

ooc: maaf keedit karena tadi lupa menyertakan contoh gambar kostumnya m(_ _)m kalau tidak terima dengan hasil rand yang baru, mau pake yang lama juga tidak apa. Rand yang pertama: 1

---

Mafuyu Tatsuni merasa sangat senang sekali, mengetahui adanya permainan berburu seperti ini membuat adrenalinnya berpacu dengan cepat dan membuatnya sedikit bergetar karena menahan rasa tidak sabar untuk beburu. Kira-kira adakah kelinci manis nan imut yang bisa di tangkapnya malam ini. Tertawa dengan ekpresi iblis mengerikan yang hanya terlihat saat ia sedang merasa kesenangan.

Menurut undian, kakaknya, Ryuuichi juga di lantai yang sama. Sebenarnya, Tatsuni lebih senang lagi jika bisa berburu kakaknya saja, karena itu pasti menegangkan dan menyenangkan. Apalagi kalau diisi dengan pertempuran berdarah. Pukul-tepis-tendang-tangkis-lempar.

Membayangkan semua adegan perkelahian itu membuat Tatsuni merasa sangat exticed. Sayangnya karena Ryuuichi dan dirinya, serta Shuichi mewakili side yang sama. Tapi kalau iseng, Tatsuni juga tidak peduli jika itu melanggar peraturan yang jelas ia akan menyerang kakaknya itu jika bertemu. Kalau Shuichi--menyebalkan karena dia beda lantai sendiri. CIH!

Tatsuni menyadari adanya sesosok lelaki mungil dengan pakaian yang aneh dan dandanan yang aneh pula. Mirip perempuan pula. Yah, tak apalah, pemanasan dulu sebelum mencari mangsa yang lebih besar lagi.


"BOOO!!!" Tatsuni berusaha mengagetkan anak itu.

Random number (1,3) :

3

Di sekelilingnya, makin banyak peserta-peserta yang tersingkir dari medan perang. Dengan ikat kepala yang berhasil direbut dan terobek. Sosok-sosok yang kalah terpaksa harus menyingkir dengan wajah lesu. Beberapa tampak kesal atau merutuk karena nyaris saja berhasil, atau karena kalah selangkah dibanding sang lawan. Pertempuran yang sengit, tapi bukan itu yang paling mengganggu untuk Fubuki.

Ia tidak terbiasa dengan keramaian. Apalagi pertempuran, dan terlebih interaksi dengan orang asing.

Semua orang disini kelihatannya bisa memangsa siapa saja yang mereka temui. Tanpa harus peduli kenal atau tidak, teman atau bukan, yang penting berada di sisi yang berbeda dan memenuhi syarat legal untuk diambil ikat kepalanya. Ia canggung. Sangat canggung. Ada rasa tak nyaman yang datang menghinggapi jika ia harus berinisiatif mengambil ikat kepala orang terlebih dahulu. Dan seandainya ia berhasil, berarti ia membuat mereka tersingkir? Sama seperti siswa-siswa lain yang sudah terlanjur gugur di medan perang?

Ia mengerti ini pertarungan, tapi..

"BOOO!!!"

Seruan seseorang yang mendadak membuat anak lelaki itu terlonjak, seruan yang ternyata muncul dari seorang pemuda berambut pirang yang tampaknya berusaha untuk merebut ikat kepalanya. Nyaris, nyaris saja ikat kepala yang menjadi nyawanya di permainan ini direbut. Refleks dan geraknya yang lambat tidak begitu membantu dalam permainan yang menuntut kecepatan refleks dan kegesitan seperti ini. Namun kali ini dewi fortuna memberkatinya dengan keberuntungan untuk lolos dari serangan fajar pemuda asing itu.



Pemuda bersurai putih itu merentangkan lengannya, berusaha mengulurkan ujung jemarinya untuk meraih ikat kepala si pemuda dan berharap ia berhasil merebutnya. Fubuki memang tidak menyukai pertarungan sengit seperti ini, dan pun sebenarnya ia tidak mempermasalahkan akan kalah atau menang. Anak lelaki enam belas tahun itu sangat mengenal dirinya, dengan kekurangan yang mungkin akan menghambat dirinya dalam permainan ini.

Tapi ia juga manusia, yang hakikatnya ingin selalu menjadi pemenang. Walau hasrat itu hanya tersirat sedikit, tapi tetap, hasrat itu ada.

Random number (1,3) :

2

CIH!

Tatsuni kesal bukan main. Padahal sedikit lagi ia berhasil mendapatkan ikat kepala si penyihir cilik itu, benar-benar tinggal sedikit lagi. Anak ini lumayan gesit juga bisa terhindar dari jebakan datang dengan tiba-tiba dan mengejutkan ala Tatsuni. Nama yang aneh untuk sebuah nama.

WEW!!

Tatsuni terkejut bukan main di saat ia lengah si cilik itu berani merebut ikat kepalanya. Benar-benar setan cilik yang menggemaskan. Tersenyum senang seakan mendapatkan mainan baru. Tidak seru kan kalau dalam berburu, mangsa kita tidak berusaha melawan dan pasrah begitu saja.

Fufu!! Ini menyenangkan, sungguh-sungguh menyenangkan. Tidak kusangka bocah ini mau melawanku. Enaknya dia kuapain yaaa?? Rasa gatal ingin meraup bocah itu dan melakukan sesuatu pada wajah manisnya terasa begitu menyenangkan.

Tertawa kecil yang lama-lama semakin besar terdengar membahana. "Kau menyenangkan, siapa namamu?" Mendekatkan wajahnya mendekati wajah si penyihir dengan begitu banyak coretan di wajahnya. Senyuman itu begitu manis dan ramah, namun entah apa yang ada di balik itu semua. Selalu ada makna terbalik di setiap apapun yang dilakukan Tatsuni.

Menyeringai seketika dan....

Random number (1,3) :

3

Ia berhasil merebutnya. Puji Tuhan, ia berhasil.

Ada sesuatu yang menggelegak perlahan di dalam dirinya. Menggeliat, membuat darahnya berdesir ketika ia melihat ikat kepala itu berhasil tersangkut diantara genggaman jemarinya. Sedetik itu, ia terpana. Rasanya seperti ada gumpalan semangat yang mengembang, lalu euforia yang bercampur dengan kegugupan. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Ah, ia harus merobek ikat kepala ini sebelum pihak lawan merebutnya kembali.

Tapi bagaimana..? Dimana merobeknya..?

Lengah tidak ditoleransi dalam pertempuran. Hampir saja ikat kepala itu kembali diambil oleh pemilik aslinya ketika Fubuki sibuk sendiri dengan pikirannya yang panik. Panik karena bingung harus mengapakan si ikat kepala yang kini terkulai lemas di tangannya. Sedikit lagi. Jika ia telat mengambil langkah sedetik, maka ikat kepala itu pasti kembali pada pemiliknya. Gugup, hati anak lelaki bersurai putih itu kini tersaput mendung ragu.

Setelah direbut, maka ikat kepala ini harus dirobek kan? Robek, atau tidak. Pilihan yang dilematis. Kalau ia berhasil, maka berarti ia menambah satu lagi orang yang tersingkir dari arena pertarungan, juga menuntutnya untuk mengumpulkan lebih banyak lagi ikat kepala hingga ia sendiri menjadi pihak yang gugur. Jika ia gagal dan kalah, ia bisa mengakhiri pertempuran lebih cepat. Tapi ia juga...tak ingin kalah begitu saja.

Semoga tidak akan jadi pertarungan yang panjang.

"....Yukikaze Fubuki." namanya diucapkan dalam gumaman, sementara tangan itu kini berusaha merobek ikat kepala yang gagal direbut oleh pihak lawannya. Fokusnya yang biasa mengawang, kini terpaku sepenuhnya pada ikat kepala itu. Bahkan tak sempat untuk sekedar balik menanyakan nama sang lawan. Dalam benaknya kini hanya terprogram dua perintah. Raih lambangnya, lalu sobek!

Random number (1,2) :

1

Ia benar-benar berharap ini takkan jadi pertarungan panjang.

ooc: harapanmu terjadi =w= ini gak panjang2 amat =)) *hajar fubu* rand loe canggih banget sih!! gemes deeh!!! *ancurin imej tatsuni sekalian*

---

Yukikaze Fubuki. Ok, diingat.

Tatsuni merasa ternyata si kecil tidak bisa dianggap remeh juga, ia sama sekali tidak lengah selama pertandingan ini. Menarik, dan semakin membuat Tatsuni merasa ingin menjamah pria kecil bertubuh mulus itu. Terlihat dari wajahnya yang putih bersih tanpa noda selain noda akibat coretan-coretan tersebut.

Brek!

Apa itu? Kenapa dirobek?

Pik Pik Pik!! Tatsuni loading. Plok! Aha!

Tatsuni ingat, peraturan permainannya kan, perebutan ikat kepala lalu merobek lambang lawan. Jadi.... Tunggu sebentar....

"Ah! Aku kalah." Jawaban ditemukan. Menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Aaaah, tidak seru! Masa cepat sekali sih..." Tersenyum menatap si fubu-chan yang berhasil mengalahkannya.

"Tadi namamu siapa? Fubuki ya? Ngg.. baiklah. Akan-ku-ingat." Tersenyum penuh arti. Menghela nafas bosan. "Terlalu cepat, aku bosan...." Lirik sebentar ke Fubu. "Gangguin Ryuu-nii saja ah..."

[tatsuni out-finished]