Nama: Tenno seimei
Side: Negau
Club: Archery. Kalau ada club berkuda dan tenis mungkin akan bergabung juga
Tinggi/berat: 179/
Kelas : 2
Status:None
Master/ Pet name:None
Karakteristik:
kalau moodnya sedang bagus, sebetulnya easy going seperti cowok pada umumnya, ndak suka aneh-aneh (kecuali untuk tuntutan pergaulan dan soal selera), peduli sama teman (walaupun dengan caranya sendiri), manipulatif (kadang apa yang di pikirannya bisa berbeda dengan sikapnya), sedikit angkuh dan egois karena pengaruh statusnya sebagai anak keluarga kaya, tidak suka dibantah, sering bersikap seenaknya memposisikan dirinya lebih tinggi dari yang lain, kadang sinis, tidak peduli dengan sesuatu yang dianggap tidak penting, tidak mau kalah, keras kepala,
Kesan pertama: seolah meremehkan lawan bicara, kalau ketemu uke yang dia suka cenderung flirting, agak narsis.
Favorite:
pesta, bersaing, bersenang-senang, termasuk mengerjai orang yang dia inginkan, tenis, panahan, berkuda, mengendarai mobil sport, hal-hal yang berbau klasik, elegan, berkelas dan mahal.
Dibenci: rivalnya, anak keluarga asagi, Asagi Hiro
Keahlian: sebagian besar sport, diplomasi
Yang disayang : Tenno Megumi (10 tahun, adik perempuan) dan Niwa nanase (sahabat dari kecil)
Latar belakang :
Anak laki-laki satu-satunya dari keluarga kaya di jepang. Tenno corp. memiliki jaringan raksasa di bidang properti dan hiburan. Kedudukan itu membuat dia jadi sedikit seenaknya, angkuh dan meremehkan orang lain. Tapi pada dasarnya Seimei pemuda yang relatif baik dan teman yang bisa diandalkan walaupun kadang memperlihatkan gaya hidup yang sedikit liar. Memiliki seorang adik perempuan yang berjarak umur 7 tahun darinya.
Bersahabat baik dengan Niwa Nanase sejak SD. waktu SMP bertemu dengan Touya dan menganggapnya sebagai saingan terberat dalam segala hal. hubungannya berkembang dari rival menjadi rival plus best friend. sempet ngga setuju sama Niwa yang mendadak bilang jatuh cinta pada touya. Lulus SMP, Seimei melanjutkan studinya ke inggris, masuk SMA elit khusus bangsawan di sana dan hidup gila-gilaan di sana.
Pengeluaran financial yang morat-marit dan hasil studi yang berantakan membuat orang tuanya memanggilnya kembali ke Jepang. Seimei harus mempertanggungjawabkan kegilaannya. Ayahnya menarik sebagian besar fasilitas dan mengurangi jatah uang saku. Dia memutuskan untuk memindahkah Seimei ke SMA lokal biasa, berasrama dengan aturan yang cukup ketat. Shiroi Gakuen. Seimei sempat protes namun tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintah ayahnya.