Aoizumi Kaito
-Number of posts : 66 -Age : 30 -Side : Yume -Kelas : I-2 -Registration date : 2009-10-07
Character sheet Chip: Status: none Pet/Master's name: -
| Subject: Aoizumi Kaito Fri Oct 09, 2009 10:03 am | |
| Nama: Aoizumi Kaito (青泉 カイト) Side: Yume Club: Art Tinggi/berat: 160/38 Kelas: I-2 Golongan Darah : A Warna Mata : Biru keunguan Warna Rambut : Biru laut Warna Kulit : Putih Ciri khusus : Selalu mengenakan syal biru pemberian kakaknya, kapanpun dimanapun. Latar belakang :Merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Sang ayah merupakan seorang karyawan di sebuah perusahaan computer software, ibunya seorang desainer namun tak terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak-anaknya masih bisa terurus walau tak sepanjang waktu. Kakak pertamanya yang seorang wanita kini sudah bekerja dan tinggal sendiri. Adik pertamanya yang juga seorang gadis sekarang masih mengenyam bangku smp sedangkan kedua adik terakhirnya adalah sepasang kembar dan mereka masih berumur lima tahun.
Tumbuh di bawah asuhan ibu yang cukup sibuk, Kaito jadi lebih sering menghabiskan waktunya dengan menggambar, terutama menggambar pemandangan yang sering dilihat dan membuat hatinya tenang. Ia juga sering besenandung lagu-lagu yang membuat rindu hatinya terobati, kadang juga lagu yang ia tak tahu kapan dan dimana ia mempelajarinya hanya saja tiba-tiba teringat dan membuatnya begitu tenang.
Postur tubuhnya yang memang tak terlalu besar membuatnya sering tak dimasukkan ke tim saat ada permainan olahraga di antara teman-temannya. Sehingga lagi-lagi ia menghabiskan waktu dengan kegiatan yang bisa ia lakukan sendiri, tak lain yakni menggambar. Baginya, mengukir memori tentang teman-temannya lewat goresan tangannya sendiri cukup menyenangkan, setidaknya ia masih bisa melihat wajah senang teman sepermainannya walau ia tak ada di antara mereka.
Kini begitu menginjak masa SMA, entah mengapa orang tuanya malah memasukkannya ke sekolah khusus laki-laki, tambah lagi sekolah itu lengkap dengan asrama. Mungkinkah orang tuanya kini tak lagi menginginkannya di rumah? Atau sebaliknya ini demi kebaikannya sendiri? Kaito sama sekali tak bisa memikirkan alasan yang tepat dan masuk akal atas tindakan orang tuanya. Ia juga tak mungkin menolak begitu saja, sebab semua biaya hidupnya termasuk sekolah tentu orang tua yang menanggung sehingga membuat Kaito tidak enak hati bila membantah kedua ayah dan ibu yang selama ini membesarkannya. Pikirnya kini mungkin lebih baik kalau ia tak dirumah, ibu tentu akan bisa lebih fokus mengurus adik-adiknya yang masih belia. Sekarang, dimulailah kehidupannya yang jauh dari rumah. | |
|